Info

Geotextile yang Makin Banyak Digunakan

Geotextile menjadi salah satu jenis pengembangan material yang cukup populer dalam beberapa waktu ini. Teknologi ini biasanya menggunakan konsep geosintetik permeabel apabila dalam penggunaannya berhubungan dengan tanah yang memiliki kemampuan untuk memisahkan, menyaring, memperkuat, melindungi, atau menguras.

Geotextile biasanya terbuat dari bahan polypropylene atau polyester yang memiliki struktur planar. Di mana dihasilkan oleh jalinan dua atau lebih set elemen,seperti benang, serat, roving, atau filamen. 

Geotextile sendiri digunakan pertama kali pada tahun 1950 yang berupa bahan woven. Salah satu peristiwa yang tercatat sejarah yaitu penggunaannnya dalam struktur pengairan di daerah Florida pada tahun 1958.

Tak lama setelah itu, 10 tahun kemudian, geotextile non woven dikembangkan oleh perusahaan Rhone Pulence di Perancis. Jenis ini terbuat dari bahan polyester dengan ketebalan yang relatif sama. Produk tersebut digunakan pada pembangunan DAM di Perancis pada tahun 1970an.

Klasifikasi Geosintetik

Geosintetik merupakan suatu produk berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur yang digunakan dengan tanah, batuan atau material geoteknik lainnya. Tujuannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari suatu pekerjaan struktur atau sistem (ASTM D4439).
Istilah geosintetik terdiri dari dua bagian, yaitu berasal dari kata ‘geo’ yang berhubungan dengan tanah dan ‘sintetik’ yang berarti bahan buatan manusia. Geosintetik sendiri telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1980an. Produk yang paling banyak dipakai di Indonesia adalah geotextile, geogrid dan geomembran.

Berikut karakteristik Geosintetik yang berbentuk tekstil:

  1. Berdasarkan sifat kelulusan air (permeabilitas), geosintetik sendiri berbentuk tekstil dapat dibagi menjadi kedap air dan lolos air. Geotextile adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan tekstil. Geomembran dan Geosynthetic Clay Liner (GCL) merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan sebagai penghalang zat cair.
  2. Geotextile kemudian dikelompokkan berdasarkan proses pembuatannya. Jenis geotextile yang utama adalah teranyam (woven), tak-teranyam (non-woven) dan rajutan (knitted). 

Proses penganyaman untuk jenis geosintetik teranyam sama dengan pembuatan tekstil biasa. Geotextile tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih dimana serat polimer atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup atau ditempatkan pada suatu sabuk berjalan. 

Kemudian massa filamen atau serat tersebut disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau disatukan dengan panas dimana serat tersebut “dilas” oleh panas dan/atau tekanan pada titik kontak serat dengan massa teksil tak-teranyam.

Geosintetik berbentuk jaring (web) biasanya terdiri dari geosintetik dengan jaring rapat dan jaring terbuka. Adapun jenisnya antara lain:

  1. Net dan matras, geosintetik ini merupakan salah satu jenis yang berbentuk jaring rapat.
  2. Geogrid, bahan ini  merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web) terbuka. Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. 

Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya

Dalam dunia teknik sipil, ada kombinasi antara geotextile dengan geomembran atau bahan sintetik lainnya untuk mendapatkan karakteristik terbaik dari setiap bahan. Produk tersebut dikenal sebagai geokomposit dan produk ini dapat berupa gabungan dari geotextile-geonet, geotextile-geogrid. Selain itu ada pula kombinasi geotextile-geomembran, geomembran-geonet, dan bahkan struktur sel polimer tiga dimensi. 

Kombinasi dari berbagai bahan pembentuk geokomposit ini sangat banyak dan hampir tidak terbatas. Selain beberapa hal di atas, ada pula tipe-tipe geosintetik lain seperti geosynthetic clay liner, geopipa, geofoam,

Aplikasi Geotextile

Geotextile dan produk serupa mempunyai berbagai aplikasi dan saat ini mendukung aplikasi teknik sipil. Beberapa hal di dalamnya adalah untuk penggunaan geotextile dalam membangun jalan, lapangan terbang, kereta api, tanggul, struktur penahan, waduk, kanal, bendungan, pelindung tebing, rekayasa pesisir pantai dan pagar untuk lokasi pembangunan bertanah lanau. 

Biasanya material geotextile dipakai untuk mendapatkan tegangan permukaan untuk memperkuat tanah. Selain itu, geotextile juga digunakan pada pelindung gundukan pasir untuk melindungi material pesisir pantai dan dataran tinggi dari gelombang badai, ombak maupun banjir.

Aplikasinya antara lain pada:

  • Pekerjaan konstruksi Jalan
  • Tanggul pada tanah lunak
  • Perkuatan lereng 
  • Reklamasi dan breakwater
  • Bendungan Bumi / tanah (earth fill & rock fill)
  • Infrastruktur irigasi
  • Konstruksi rel kereta api dan lapangan terbang 
  • Olahraga dan lapangan atletik
  • Geobags dan geotubes
  • Pagar silt 

Manfaat Penggunaan Geotextile

Manfaat geotextile dalam dunia pembangunan tentu saja sangat beragam. Apa saja manfaat yang diperoleh ketika menggunakan bahan ini? 

Geotextile memiliki daya tarik tinggi, pemanjangan atau pengenduran rendah, kinerja jangka panjang yang superior. Selain itu, mudah untuk memasang, mengurangi bahan isian, dan biaya yang efektif.

Manfaat lainnya antara lain bahan ini cukup memiliki ketahanan UV yang tinggi, ketahanan kimia, dan keahanan mikro-organisme, jamur dan ketahanan tikus/hama.

Tipe Geotextile

Yang termasuk tipe geotextile adalah:

Geotextile yang Ditenun (woven) 

Geotextile ini merupakan set benang parallel yang dijalin sistematis untuk membentuk struktur bidang. Terdapat dua macam tenunan dasar yaitu: 

Tenunan sederhana, yaitu tenunan yang paling sederhana dari pembuatan kain tenun, masing-masing dengan sebuah benang lungsin dan benang pakan, naik turun bergantian sambil saling menyilang. Tenunan ini memiliki kekuatan dan banyak dipergunakan.

Tenunan kepar, yaitu tenunan dimana benang pakan menyilang di bawah dan di atas benang lungsin.

Geotextile yang Tidak Ditenun (non woven)

Jenis ini merupakan geotextile yang pembuatannya tidak dengan ditenun, tetapi jaringan atau serat-serat pembentuknya diletakkan satu sama lain dengan diikat atau dengan bahan perekat. Ada beberapa cara produksi dari geotextile non woven: 

  1. Needle Punch Process (proses penjaruman). Proses produksi geotextile ini dihasilkan dari proses penjaruman, dibuat dari serat web yang diletakkan dalam mesin yang dilengkapi jarum-jarum yang dirancang khusus. 

Serat-serat web terletak di antara plat yang ditanam dan plat mesin pengupas, maka jarum akan menembus dan mengatur kembali arah serat, sehingga terjadi ikatan mekanik pada serat-serat tersebut. Hasilnya merupakan geotextile dengan kepadatan tinggi.

  1. Melt (heat) Bonded (proses ikatan leleh). Geotextile jenis ini terdiri dari filamen-filamen menerus atau serat yang panjang dan terikat. Pengikatan dicapai dengan operasi kalendering temperature tinggi dilakukan dengan melewatkan bahan tersebut di antara dua roller panas. 
  2. Span Bonded Process (proses ikat pintal) 
  3. Resin Bonding / Chemical Bonding Process (proses ikatan dengan benang perekat) 

Jenis geotextile woven dan non woven ini banyak dijual oleh para distributor seperti perusahaan Mega Abadi Perkasa.

Geotextile yang Dirajut (knitted) 

Geotextile ini pembuatannya dari satu atau lebih benang yang membentuk serangkaian lubang-lubang yang saling berpegangan membentuk struktur bidang.

Geotextile Komposit 

Geotextile ini merupakan kombinasi antara tipe-tipe geotextile yang sudah dikemukakan sebelumnya, dan biasanya didesain untuk mengerjakan fungsi khusus.

Baca juga: Kenali Berbagai Perlengkapan dan Peralatan Kapal Laut

Fungsi Geotextile dalam Pembangunan

Geotextile sebagai Penahan Longsoran

Salah satu fungsi pengaplikasian geotextile adalah untuk penanganan longsoran. Dalam beberapa kajian diperlihatkan jika penanggulangan longsoran dengan bahan geosintetik atau geotextile pada ruas jalan bisa menjadi penguat timbunan jalan. Fungsinya dalam hal ini adalah sebagai berikut:

  1. Geosintetik atau geotextile bisa menjadi separator atau pemisah. Di sini, geotextile bisa berfungsi untuk mengurangi terjadinya percampuran agregat pilihan dengan susunan asli tanah lunak.
  2. Geosintetik atau geotextile ini dapat menjadi penguatan tanah dasar yang gembur. Di  mana material geosintetik atau geotextile ini memiliki properties keahlian tarik yang melawan pergerakan tanah, baik untuk mengembang ataupun menyusut.
  3. Geosintetik atau geotextile juga bisa menjadi penguatan lereng jalan sementara atau permanen.
  4. Geomembrane, di sini material ini bisa menjadi penguatan pada bahu jalan. Pada bagian ini berfungsi untuk menghindari perubahan kandungan air pada tanah basic karna geomembran mempunyai sifat kedap air. Selain itu tahan terhadap pelapukan pada zat kimia tanah, dan organisme pembusukan dalam tanah. Di sisi lain, juga mempunyai ketahanan pada keahlian tarik di tanah yang mudah longsor, ketahanan pada sobek, dan ketahanan coblos yg tinggi.
  5. Geotextile non woven atau tidak ada tenunan yang terbuat dari serat polyprophylene lewat system needle punched ini cocok untuk apliaksi pada tanah basic. Tanah ini biasanya banyak mengandung sisa-sisa tanaman karena mempunyai ketahanan coblos yang lebih tinggi dibanding dengan bahan yg berbeda. 

Di luar itu geotextile non woven memiliki sifat hidrolik propertis yang bisa menjadi tambah bagus. Sehingga bisa juga berfungsi sebagai filter yang hanya melarutkan air tanpa membawa agregat tanah.

Geotextile pada Timbunan Tanah

Geotextile merupakan jenis lembaran sintesis yang tidak tipis, fleksibel, permeable yang difungsikan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Penggunaan geotextile merupakan langkah modern dalam usaha untuk penguatan tanah lunak. Beberapa fungsi dari geotextile dalam timbunan tanah lunak adalah sebagai berikut:

  1. Untuk penguatan tanah lunak.
  2. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur konstrukri cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
  3. Untuk media lapangan pemisah, penyaring, drainase dan jadi susunan pelindung.

Biasanya jenis geotextile ini dapat difungsikan jadi penguatan timbunan tanah pada kendala tertentu, misalnya pada timbunan tanah di atas tanah lunak, timbunan di atas pondasi tiang. Selain itu juga pada timbunan di atas tanah yg rawan subsidence.

Pada dasarnya, timbunan di atas tanah lunak merupakan masalah daya dukung. Pertimbangan lain adalah jika stabilitas timbunan kritis pada akhir konstruksi. Hal seperti ini terjadi karena permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak benar-benar solid. 

Mungkin saja pengaliran dan konsolidasi ketika konstruksi yang membuatnya demikian.  Pada akhir konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tida ada penambahan kuat geser tanah karna konsolidasi.

Setelah konsolidasi berjalan, menambahkan kuat geser pada umumnya hanya singkirkan utamanya penguatan geotextile untuk menambah stabilitas. Untuk mendapatkan penambahan kuat geser, tinggi timbunan harus sekian sampai pada awal konstruksi. Hal ini bisa mengakibatkan tegangan vertikal yang lewat tegangan pra-konsolidasinya.

Jadi peranan geotextile di sini adalah untuk melindungi stabilitas sampai tanah lunak terkonsolidasi (kuat geser jadi bertambah berarti) sampai dapat memikul beban timbunan itu.

Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotextile penguatan tanah lunak adalah seagai konstruksi sederhana yang mudah untuk dijalankan, menghemat biaya sistem, menghemat biaya konstruksi. 

Meski demikian, penggunaan geotextile memiliki kelemahan. kerugian dari penggunaan geotextile adalah jika geotextile tidak tahan pada sinar ultra violet. Tetapi hal seperti ini dapat diatasi dengan penutupan berupa pasangan batu kali ataupun dengan bahan yang lain.